
Ketegangan geopolitik kembali memuncak setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Minggu, 22 Juni 2025. Di tengah konflik tersebut, salah satu topik hangat yang banyak dibahas oleh para investor adalah pergerakan harga emas saat perang.
Serangan yang dilancarkan oleh Amerika Serikat tidak hanya memperkeruh hubungan antara Iran dan Israel, tetapi juga menyeret Amerika Serikat ke dalam konfrontasi langsung yang berpotensi meluas. Akibatnya, pasar global mulai goyah karena terpengaruh kekhawatiran akan eskalasi perang.
Sebagai aset safe haven, emas kembali jadi primadona bagi banyak investor untuk melindungi nilai kekayaannya di tengah konflik dan ketidakpastian global. Seiring meningkatnya eskalasi di Timur Tengah, banyak analis memproyeksikan harga emas akan mengalami lonjakan tajam dalam waktu dekat.
Treasury akan membahas lebih dalam faktor apa saja yang mempengaruhi pergerakan harga emas saat perang dan bagaimana perang dapat mempengaruhi harga emas, melalui artikel berikut ini.
Harga Emas Diprediksi Melejit Mencapai USD3.500
Melihat kondisi geopolitik Timur Tengah yang kembali memanas akibat serangan Amerika Serikat, banyak analis komoditas yang mengeluarkan proyeksi bahwa harga emas saat perang akan naik tajam, terutama dalam sepekan ke depan. Sentimen ini berasal dari serangan Amerika Serikat terhadap Iran yang dinilai sebagai penyebab utama eskalasi konflik.
Seorang analis pasar keuangan dari Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa harga emas saat perang berpotensi menembus level USD3.450, bahkan bisa mencapai US$3.500 dalam waktu dekat. Angka ini jauh di atas level rata-rata harga emas dalam beberapa bulan terakhir.
Sentimen ini diperkuat oleh meningkatnya volume transaksi pada instrumen safe haven seperti emas batangan, ETF emas, dan derivatif emas di bursa global. Saat ini banyak investor yang memilih untuk mengalihkan aset dari saham berisiko tinggi ke emas sebagai bentuk perlindungan nilai, terutama jika konflik berkembang menjadi lebih luas.
Selain itu, potensi gangguan ekonomi global juga memperbesar peluang pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral. Jika suku bunga ditahan atau diturunkan kembali untuk mendukung pasar, maka imbal hasil obligasi akan turun dan mendorong permintaan terhadap emas. Semua faktor di atas dapat memperkuat tren naik harga emas saat perang.
Baca Juga: Ancaman Perang Dunia Ketiga Makin Nyata, Buru-buru Amankan Aset! – Treasury
Dampak Keterlibatan Amerika Serikat dan Aliansi Geopolitik
Menurut Ibrahim Assuaibi, keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam konflik antara Israel dan Iran akan menjadi pemantik serius bagi meluasnya perang di Timur Tengah. Ia melihat bahwa negara-negara sekutu Iran seperti Rusia, China, dan Korea Utara juga akan berpotensi ikut campur dalam pertempuran.
Jika hal ini terjadi, efeknya bisa sangat besar terhadap pasar global, terutama terhadap harga emas saat perang. Keterlibatan negara-negara besar potensi menimbulkan konflik jangka panjang dan ketegangan geopolitik berskala besar yang dapat mendorong perubahan besar dalam kebijakan perdagangan, sanksi ekonomi, hingga arus komoditas global.
Konflik geopolitik menciptakan fondasi yang kuat bagi harga emas untuk mempertahankan momentum kenaiknya. Investor jangka panjang juga akan melihat perang sebagai pembentukan tren baru dalam pergerakan harga emas global selama semester kedua dalam 2025. Tidak heran banyak yang berekspektasi harga emas akan naik saat perang.
Mengapa Harga Emas Naik Saat Perang?
Naiknya harga emas merupakan respons alami pasar terhadap ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perang. Hal ini juga terjadi ketika konflik antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat kembali memanas. Lalu, apa yang membuat harga emas naik saat terjadi perang bergejolak?
1. Emas adalah Aset Safe Haven
Ketika perang, ketidakpastian ekonomi akan meningkat sehingga mendorong investor untuk mencari aset yang dianggap aman, stabil, dan tidak terpengaruh oleh kondisi politik atau ekonomi suatu negara. Emas memenuhi semua kriteria tersebut karena bersifat universal dan tidak bergantung pada sistem moneter tertentu.
2. Inflasi dan Ketidakstabilan Nilai Tukar
Perang seringkali berdampak langsung pada inflasi, terutama jika negara yang terlibat adalah negara produsen energi atau bahan pangan. Lonjakan harga minyak dan komoditas lain bisa menyulut inflasi tinggi yang akan menggerus daya beli. Dalam situasi ini, emas berfungsi sebagai aset lindung nilai atau hedging terhadap inflasi.
3. Strategi Bank Sentral dan Lembaga Keuangan
Banyak bank sentral dunia menyimpan emas sebagai cadangan devisa. Dalam kondisi konflik geopolitik, mereka cenderung meningkatkan pembelian emas untuk memperkuat cadangan nasional dan menjaga stabilitas moneter. Aktivitas ini turut mendorong naiknya harga emas saat perang.
Di tengah ketegangan geopolitik yang terus meningkat, harga emas saat perang menjadi sinyal penting. Ketika aset lain terombang-ambing oleh ketidakpastian, emas akan tetap berdiri kokoh sebagai pelindung nilai yang dapat diandalkan. Lonjakan harga yang terjadi bukan sekadar tren sementara, melainkan respons pasar terhadap realita global yang penuh risiko.
Untuk itu, saatnya Sobat memahami pentingnya berinvestasi emas dalam portofolio keuangan. Bukan hanya sebagai bentuk perlindungan terhadap krisis, tapi juga sebagai langkah cerdas untuk menjaga kestabilan keuangan pribadi di masa depan.
Jangan tunggu sampai situasi memburuk. Yuk, mulai ambil langkah nyata untuk melindungi aset yang Sobat miliki dengan berinvestasi emas digital di Treasury!